Kamis, 18 Oktober 2012

teknik panjat tebing

Dasar-dasar panjat tebing

Namanya juga hobi panjat tebing, tentu saja tebing merupakan prasarana dalam kegiatan panjat tebing. Pengetahuan dasar tentang tebing yang harus diketahui antara lain: Bentuk tebing, bagian tebing yang dilihat secara keseluruhan mulai dasar sampai puncak. Bagian-bagiannya antara lain blank (bentuk tebing yang mempunyai sudut 90derajat atau biasa disebut vertikal), overhang (bentuk tebing yang mempunyai sudut kemiringan antara 10-80 derajat), roof (bentuk tebing
yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menggantung), teras (bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menjorok ke dalam tebing), dan top (bagian tebing paling atas yang merupakan tujuan akhir suatu pemanjatan).
Lalu ada soal permukaan tebing yang merupakan bagian dari tebing yang nantinya akan digunakan untuk berpegang dan berpijak dalam suatu pemanjatan. Bagian ini di kategorikan menjadi tiga bagian: face (permukaan tebing yang mempunyai tonjolan), slap/friction (permukaan tebing yang tidak mempunyai tonjolan atau celah, rata, dan mulus tidak ada cacat batuan), dan fissure (permukaan tebing yang tidak mempunyai celah/crack).
Dengan mengenali pengenalan dasar atas medan yang hendak ditempuh, para pemanjat akan langsung bisa mempersiapkan teknik penaklukannya dan mengurangi tingkat kesulitannya.
Untuk memudahkan estimasi tingkat kesulitan tersebut, biasanya digunakan sistem desimal yang dimulai dari angka lima (mengacu pada standar tingkat kesulitan yang dibuat oleh Amerika).
Tingkat kesulitan 5,7-5,8 adalah tingkat kesulitan pemanjatan yang amat mudah. Lintasan pemanjatan untuk pegangan dan pijakan sangat banyak, besar, dan mudah didapat. Sudut kemiringan tebing belum mencapai 90 derajat.
Tingkat kesulitan 5,9. Tingkat kesulitan pemanjatan yang mulai agak sulit karena jarak antara pegangan dan pijakan mulai berjauhan tetapi masih banyak dan besar.
Tingkat kesulitan 5,10. Pada tingkat ini pemanjatan mulai sulit karena komposisi pegangan dan pijakan sudah bervariasi besar dan kecil. Jarak antar celah dan tonjolan mulai berjauhan. Terdapat dua tumpuan tangan dan satu tumpuan kaki, faktor keseimbangan mulai dibutuhkan.
Tingkat kesulitan 5,11. Tingkat kesulitan ini lebih sulit lagi karena letak antara pegangan yang satu dengan pegangan yang lainnya berjauhan dan kecil-kecil yang hanya bisa dipegang oleh beberapa jari saja, kedua tungkai melakukan gerakan melebar agar kaki dapat bertumpu pada tumpuan berikutnya. Keseimbangan tubuh sangat berpengaruh, bentuk tebing yang dilalui pada lintasan ini terdapat variasi antara tebing gantung dan atap.
Tingkat kesulitan 5,13-5,14. Jalur lintasan ini bervariasi antara tebing gantung dan atap dengan satu tumpuan kaki dan satu tumpuan tangan. Pemanjat mulai melakukan gerakan gesek (friction) dan bertumpu pada ujung jari (edginh) bahkan harus mengaitkan tumit pada pijakan (hooking).
Selain kriteria kesulitan ini, Negara lain juga membuat tingkat kesulitan sesuai dengan penilaian masing-masing, antara lain Jerman, Perancis, UIAA (Union Internationale des Association Alpines).
Tehnik Dasar yang Umum
1. Pertahankan 3 titik kontak. 2 tangan dan 2 kaki total semuanya jadi 4 kontak. Waktu kamu manjat usahakan 1 kontak mencari pegangan atau pijakan dan 3 lainnya tetap menempel pada tebing. Dengan cara ini kamu enggak bakal cepet cape.
2. Usahakan tangan selalu lurus ( jangan membengkokan siku). Waktu meraih pegangan tangan setinggi apapun segera jatuhkan badan kamu dengan menekuk kedua lutut dan meluruskan tangan. Kalo kamu terus2an membengkokan siku waktu manjat dan mencengkram dengan keras dijamin tangan kamu cepet lemes. Dengan tangan lurus sebagian beban tubuh ditunjang oleh otot bahu dan dada jadinya lebih enteng.
3. Manjat dengan kaki dan bukan tangan. Karena kaki lebih kuat maka sering2lah mendorong vertikal dengan kaki kamu bukannya menarik vertikal dengan tangan kamu.
Dalam penguasaan tehnik kita juga harus familiar dengan medan tempur. Jenis bebatuan tebing akan sangat menentukan tehnik apa yang kita perlukan agar bisa manjat kepuncak dengan mulus. Tebing dan bebatuanlah yang bakal mendikte kita dan memaksa kita untuk begini dan begitu. Proses inilah yang membuat pemanjat tebing dan seorang pelaku boulder (pemanjat batuan besar) bersahabat dengan alam. Makanya selain kita harus tau nama dari tehnik itu sendiri kita juga harus mengenal nama dari bentuk pegangan/ pijakan yang bakalan dipake.
Untuk pemula, coba aja di papan panjat buatan dahulu sebelum ke tebing yang sesungguhnya …
Selamat Mencoba …

teknik australian rapelling

Gaya / teknik



Australia rappel didemonstrasikan di sebuah bendungan di Norwegia
Australia rappel didemonstrasikan di sebuah bendungan di Norwegia
Gambar delapan dan tali: cara tradisional abseiling.

    Australia rappel - Termasuk turun menghadap ke bawah.
    Tandem atau spider rappelling - Termasuk dua pendaki turun pada perangkat belay yang sama. Hal ini dilakukan dalam beberapa situasi penyelamatan ketika salah satu pendaki yang mampu, atau keturunan perlu dilakukan dengan cepat. Set up mirip dengan rappelling biasa mengatur dengan pendaki pertama ketebalan memasang dari gendongan ke descender pada carabiner, dan memiliki blok otomatis dari loop belay harness untuk tali sebagai cadangan. Para rappeller kedua juga ketebalan memasang ke dalam perangkat belay pada carabiner dan juga berlabuh ke harness rappeller utama sebagai cadangan.
    Simul rappelling - Dua rappellers terpisah pada dua helai tali berjalan melalui jangkar. Rappellers perlu turun dengan kecepatan yang sama satu sama lain dan harus berlabuh ke satu sama lain untuk menghindari yang lain semakin maju dan menyebabkan masalah.
    Counterbalance rappelling - Digunakan biasanya oleh seorang pemimpin untuk mencapai kedua terluka. Ide adalah untuk rappel off pada satu helai tali, menggunakan berat yang kedua tidak mampu pada untai lain dari tali untuk mengimbangi.
    Meluncur releasable - digunakan oleh beberapa panduan untuk abseilers berpengalaman adalah dengan membuat tali oleh anchoring dengan halangan Munter dan mengunci dari untai non-rappelling tali. Klien turun pada untai non-terkunci tali. Jika klien mendapat kesulitan, panduan membuka untai lainnya dan menurunkan klien atau rappeller tersebut. Berguna, ketika itu adalah rappeller berpengalaman atau ketika rappeller mendapat masalah, dengan mendapatkan sepotong pakaian atau rambut terjerat dalam descender tersebut.
    Klasik (non-mekanis metode) - umumnya lebih berbahaya dan hanya digunakan dalam keadaan darurat, ketika tidak ada pilihan lain yang tersedia. Mereka melibatkan turun tanpa bantuan alat mekanis, dengan membungkus tali di sekitar tubuh, dan digunakan sebelum memanfaatkan dan perangkat keras yang dalam pemakaian umum.
    Afrika Selatan klasik meluncur (double-bertali) - Metode ini kurang berbahaya karena menyediakan dukungan tubuh lebih baik daripada meluncur klasik.

pendakian gunung

Hidup Sehat dengan Mendaki Gunung


“Anyone can dream. Anyone can turn their dreams into reality. Just because something is improbable doesn’t mean it’s impossible” – Alan Mallory.
Mendaki gunung, mount climbing, tidak selalu harus diartikan prestasi pencapaian puncak-puncak gunung tinggi. Hiking, camping dan kegiatan semacamnya jika dilakukan di ketinggian sebetulnya sudah bisa dikategorikan sebagai aktivitas mendaki gunung.
Dengan melakoninya, kita bisa banyak mendapatkan pelajaran dari kejujuran alam. Kegiatan ini tidak seseram dengan yang sering kita dengar dan bayangkan, bahkan siapapun bisa melakukannya baik itu anak-anak hingga orang tua. Tentu dengan pola dan porsi yang berbeda-beda.
Dengan melakukan salah satu kegiatan alam ini, manfaat langsung yang bisa kita rasakan ialah dapat menyegarkan jasmani dan rohani.
Pertama, jasmani sehat. Ini karena ketika mendaki gunung, ibaratnya kita melakukan berbagai gerakan olahraga, sehingga organisasi gerakan yang ditimbulkan bisa membuat kuat organ tubuh kita khususnya kadiovaskular. Tentunya kegiatan ini harus disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan fisik seseorang.
Yang kedua, rohani atau jiwa. Alam ini adalah jiwa-jiwa yang tenang, yang menyajikan pemandangan nan indah. Hamparan hutan yang hijau, air jernih bersih mengalir, kawah gunung, hamparan langit biru tak terhalang, kicauan burung liar memecah heningnya sunyi adalah beberapa daya pikat hati kita dalam menyatu dengannya. Maka ia membawa kedamaian dan ketenangan jiwa dan pastinya dapat menjadi kenangan yang tak terlupakan. Terlebih lagi bagi pribadi yang lebih sering menghabiskan waktu di tengah hiruk pikuknya kehidupan kota besar dan rutinitas harian.
Mendaki gunung bukan sesuatu yang berat, namun bukan juga sesuatu yang bisa disepelekan.  Demi nikmatnya berkegiatan di alam terbuka, tentu perlu persiapan dan manajemen perjalanan yang baik. Jika ingin mendapatkan yang terbaik, maka harus dimulai dengan persiapan yang terbaik.